Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
KONEKSI
MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh:
Hermin Irawati, M.Pd.
CGP
Angkatan V
SMA
Negeri 1 Sumenep
- Bagaimana filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Saat ini situasi dan kondisi zaman
yang maju dengan dukungan teknologi yang
sangat canggih memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidika di
Indonesia. Terjadinya pergeseran nilai
akibat situasi tersebut membuat murid terkadang kehilangan arah dan tujuan
hidupnya. Adanya arus informasi yang bisa diakses secara bebas membuat murid
memiliki daya kontrol dan filter yang lemah terhadap segala informasi dan
perubahan yang terjadi secara cepat.
Didukung lagi dengan adanya fenomena lunturnya nilai-nilai karakter generasi
bangsa ini, sehingga pemerintah langsung mengambil satu langkah Penguatan
Pendidian Karakter bagi murid. Segala upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengembalikan ruh pendidikan agar selaras dengan cita-cita pendidikan
nasional melalui implementasi
penyelenggaraan pendidikan melalui filosofi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan
Nasional yang salah satu filosofinya dikenal dengan Pratap Triloka (tiga
semboyan) yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri
handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah
memberi motivasi, dan di belakang memberi dukungan. Sebagai sebuah semboyan
pendidikan, ketiganya berperan sebagai acuan bagi para penyelenggara pendidikan
untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Dalam praktiknya, pendidikan harus bisa menuntun dan memberi teladan bagi
muridnya, memberikan motivasi dan arahan, tuntunan sehingga murid tidak
kehilangan arah dan mencapai kebahagiaan, keselamatan yang setinggi-tingginya
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Dalam sebuah institusi moral, seorang pemimpin
sekolah berperan sangat besar dalam
membangun budaya, nilai-nilai dan moralitas dalam diri murid. Untuk menjalankan
perannya seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi di mana
ia harus mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan universal, berpihak
pada murid, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu Dalam rangka mempermudah
proses pengambilan keputusan berdasar hal tersebut, maka seorang pemimpin
sekolah dapat menjadikan Filosofi Pendidian Ki Hajar Dewantara dengan Pratap
Trilokanya sebagai acuan.
- Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita tentu akan banyak
mewarnai bahkan dapat berpengaruh pada prnsip-prinsip pengambilan
keputusan. Nilai –nilai kebajikan
universal yang tertanam dalam diri seperti
Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab,
Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang,
Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain menjadi
salah satu dasar pengambilan keputusan. Selain itu, Prinsip Etika berdasar nilai-nilai kebajikan yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial,
bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.juga digunakan dalam proses
pengambilan keputusan. setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan
integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah
tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau
teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Tiga prinsip dalam
mengambil keputusan yaitu Berpikir berbasis hasil akhir, berpiir berbasis
peraturan, dan rasa peduli akan menjadi pertimbangan disesuaikan dengan
karakter dan sifat masalahnya.
- Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan
proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan
yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambian keputusan yang
berkaitan dengan coaching dalam roses pembelajaran dirasa telah efektif,
bijaksana, dan bersifat memberdayakan potensi. Selama ini sebelum mempelajari modul tentang coaching, guru
maupun seorang pemimpin sekolah mengambil sebuah keputusan hanya didasarkan
pada sebuah penghakiman, penilaian, bahan urang jelas indikatornya. Namun
melalui Coaching dengan prinsip dan alur TIRTA-nya, seorang guru atau pemimpin
bisa mengambil keputusan yang didasarkan pada
paradigma coaching seperti (1) Fokus pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan, (2) Bersikap terbuka dan ingin tahu (3) Memiliki kesadaran diri
yang kuat, (4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan
- Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya
akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah
dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya berpengaruh terhadap pengembilan keputusan khususnya masalah
dilema etika. Aspek sosial emosional seperti Kesadaran Diri, Manajemen Diri,
Kesadaran Sosial, Kemampuan berelasi dan pembuatan Keputusan bertanggung jawab
menjadi salah satu pendukung
keberhasilan sesorang melakukan pengambilan keputusan yang bersifat
dilema etika. Mengapa? Hal ini karena jika seseorang belum memiliki jiwa sosial
emosional yang tertata dalam dirinya, tidak stabil, maka proses pengambilan
keputusan yang berdasar keberpihakan pada murid, berbasis nilai-nilai kebajikan
universal, dan bertanggung menjadi tidak
tercapai. Apalagi dilema etika yang menjadi tantangan berat yang harus dihadapi
dari waktu ke waktu/. Situasi dilema etika dikategorikan Individu lawan kelompok (individual
vs community), Rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty),Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
. Dalam pengambilan dan pengujian keputusan kita dapat juga mengacu pada
sembilan langkah yang ada mulai dari mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan
fata-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian benar lawan
benar, melakukan prinsip resolusi,
investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan lihat lagi keputusan dan
refleksi.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral dan etika sejatinya akan kembali pada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik. Semakin kuat nilai-nilai yang dianut dan menjadikannya dalam
setiap langkah pengambila keputusan, maka pendidik akan lebih mudah, bijak
dalam mengambil keputusan. Bahkan terhadap kasus dilema etika dan bujukan
moral pun, semua dapat menghasilakn
keputusan yang lebih populis, berpihak pada murid dan bertanggung jawab dan berkeadilan.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Seorang pemimpin harus hati-hati
dalam mengambil sebuah keputusan. Perlu kajian yang atang dan penuh perhitungan
sesuai dengan prinsip keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan dan
bertanggungn jawab. Jika kasus bersifat dilema, maka berpikirnya dapat mengacu
pada berbasis nilai akhir, berbasis pada preaturan dan berbasis rasa peduli.
Hal ini dilakukan guna mendapatkan keputusan yang tepat, minim dampak
negatifnya sehingga lingkkungan yang kondusif aman dan nyaman senantiasa
tercipta.
- Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang terkadang muncul adalah
adanya ketidaksamaaan visi di antara stake holder yang ada. Tidak adanya sense
of bilonging terhadap sekolah sehingga bersikap acuh tak acuh terhadap
permsalahan sekolah, kurangnya kekompakan/soliditas
antar warga sekolah, adanya sikap egois seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan tanpa melibatkan aspek sosial emosionalnya. Adanya tekanan dari pihak
tertentu yang mengakibatkan sekolah dalam keadaan dilema.
- Apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat
untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang
diambil dengan pengajaran yang memrdekakan murid tentulah sangat besar. Setiap
pengambilan keputusan tentu akan berdampak pada murid kita. Keputusan yang
memerdekakan murid menjadi tujuan dari setiap pengambilan keputusan karena
berdasar prinsip pengambilan keputusan aspek keberpihakan pada murid yang
bersifat memedekaan harus menjadi pijakannya. Nilai-nilai kebajikan universal
dan bertanggung jawab degan sembilan langkah pengambilan keputusan dapat
menjadi panduan di dalamnya. Proses pendidikan yang menuntun murid untuk
mengembangkan potensi mereka harus bebas dari tekanan mana pun.
Pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid yang berbeda adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran
berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebuthan belajar murid.
Guru memfasilitasi semua potensi agar berkembang dan memfasilitasi gaya belajar
murid agar senang bellajar , sehingga
kebutuhan belajarnya baik dari segi kesiapan belajar, minat dan profil
belajarnya dapat terpenuhi dengan baik.
- Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pengambilan keputusan strategis oleh
seorang pemimpin pembelajaran tentu sangat memengaruhi kehidupan atau masa
depan murid. Pengambilan keputusan secara tepat dan bijak berlandasakan
nilai-nilai kebajia akan berdapak pada masa depan murid. Keputusan yang
berpihak pada murid akan membawa murid menajdi sosok genarasi yang baik,
menjadi pribadi yang bertangggung jawab dan semangat dalam menjalankan budaya
positif untuk keselamatan dan kebahagiaan dirinya baik sebagai individu atau
anggota masyarakat lainnya.
- Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya mabil
adalah bahwa dalam pengambilan keputusan guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus tetapi mengacu pada nilai-nilai filosofi Ki Hajar Dewantara seperti
semboyan Pratap Trilokanya, menata aspek sosial emosional, berpihak pada murid
dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi, memberdayakan potensi guru dan
siswa melalui coaching bukan hanya penghakiman, serta menerapkan sembilan
langkah pengambilan keputusan sebagai panduan yang berbasis hasil akhir,
berbasis peraturan dan rasa peduli. Engambilan keputusan yang tepat akan
berdampak pada penciptaan lingkungan yang positif, aman, nyaman dan kondusif
ehingga konsep pendidikan yang memerdekakan murid dapat terwujud.
- Sejauh
mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di
modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya tentang konsep-konsep
seperti dilema etika, bujukan moral, paradigma pengambilan keputusan serta
sembilan langkah panduan dalam pengambilan keputusan, alhamdulillah sudah
memahaminya secara utuh, mulai dari teori dan praktinya yakni penyelsaian kasus
yang disajikan berikut contoh pengambilan keputusan yang diambil Yang di luar dugaan adalah banyaknya kasus
yang bersifat diema etika.
- Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya
dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya
pernah mengambil keputusan yang bersifat dilema etika. Kuputtusan yang diambbil
belum melalui sembilan langkah yang ada, tetapi lebih bersfat rasionalistis dan
berdasarkan diskusi dengan rekan sejawat saja. Namun, setelah mempelajari modul
ini, saya lebih mengeti bahwa proses pengambilan harus dikaji dengan versi sembilan
langkah, paradidma dan prisnsi pengambilan keputusan ,
- Bagaimana
dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang
terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah
mengikuti pembelajaran modul ini?
Perubahan
dari dalam diri dalam mengambil keputusan setelah mempelajari modul ini adalah
lebih komprehensif kajiannya, mengacu pada sembilan langkah sebagai acuan,
menggunakan paradima dan prinsp pengambilan keputusan yang berpihak pada murid,
berbasis nilai-nilai kebajikan, dan bertanggung jawab sehingan lingkungan
sekolah lebih akaman, nyaman dan kondusif
- Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan
Anda sebagai seorang pemimpin?
Modul
ini sangat penting bagi saya baik sebagai indivdu maupun seorang pemimpin
karena bisa menambah khasanah
pengetahuan saya saat pengambilan keputusan, sebagai pegangan dan acuan, agar
keputusan yang diambil minim dampak negatif sekaligus akan menjadi rujukan
atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Posting Komentar
Posting Komentar