Dizi Edukasi

Blog pendidikan yang menyajikan informasi seputar edukasi/pendidikan

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Author
Published Oktober 26, 2022
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

KONEKSI MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN  KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Oleh: Hermin Irawati, M.Pd.

CGP Angkatan V

SMA Negeri 1 Sumenep

 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Saat ini situasi dan kondisi zaman yang maju dengan dukungan teknologi yang  sangat canggih memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidika di Indonesia.  Terjadinya pergeseran nilai akibat situasi tersebut membuat murid terkadang kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Adanya arus informasi yang bisa diakses secara bebas membuat murid memiliki daya kontrol dan filter yang lemah terhadap segala informasi dan perubahan yang terjadi  secara cepat. Didukung lagi dengan adanya fenomena lunturnya nilai-nilai karakter generasi bangsa ini, sehingga pemerintah langsung mengambil satu langkah Penguatan Pendidian Karakter bagi murid. Segala upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan ruh pendidikan agar selaras dengan cita-cita pendidikan nasional  melalui implementasi penyelenggaraan pendidikan melalui filosofi Ki Hajar Dewantara.  Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional yang salah satu filosofinya dikenal dengan Pratap Triloka (tiga semboyan) yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi, dan di belakang memberi dukungan. Sebagai sebuah semboyan pendidikan, ketiganya berperan sebagai acuan bagi para penyelenggara pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Dalam praktiknya,  pendidikan  harus bisa menuntun dan memberi teladan bagi muridnya, memberikan motivasi dan arahan, tuntunan sehingga murid tidak kehilangan arah dan mencapai kebahagiaan, keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.  Dalam sebuah institusi moral, seorang pemimpin sekolah berperan sangat besar  dalam membangun budaya, nilai-nilai dan moralitas dalam diri murid. Untuk menjalankan perannya seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi di mana ia harus mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu Dalam rangka mempermudah proses pengambilan keputusan berdasar hal tersebut, maka seorang pemimpin sekolah dapat menjadikan Filosofi Pendidian Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Trilokanya sebagai acuan.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam  dalam diri kita tentu akan  banyak  mewarnai bahkan dapat berpengaruh pada prnsip-prinsip pengambilan keputusan.  Nilai –nilai kebajikan universal yang tertanam dalam diri seperti  Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan. Selain itu,  Prinsip Etika berdasar nilai-nilai kebajikan yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.juga digunakan dalam proses pengambilan keputusan. setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Tiga prinsip dalam mengambil keputusan yaitu Berpikir berbasis hasil akhir, berpiir berbasis peraturan, dan rasa peduli akan menjadi pertimbangan disesuaikan dengan karakter dan sifat masalahnya.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambian keputusan yang berkaitan dengan coaching dalam roses pembelajaran dirasa telah efektif, bijaksana, dan bersifat memberdayakan potensi. Selama ini sebelum mempelajari modul tentang coaching, guru maupun seorang pemimpin sekolah mengambil sebuah keputusan hanya didasarkan pada sebuah penghakiman, penilaian, bahan urang jelas indikatornya. Namun melalui Coaching dengan prinsip dan alur TIRTA-nya, seorang guru atau pemimpin bisa mengambil keputusan yang didasarkan pada  paradigma coaching seperti (1) Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, (2) Bersikap terbuka dan ingin tahu (3) Memiliki kesadaran diri yang kuat, (4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru  dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya berpengaruh terhadap pengembilan keputusan khususnya masalah dilema etika. Aspek sosial emosional seperti Kesadaran Diri, Manajemen Diri, Kesadaran Sosial, Kemampuan berelasi dan pembuatan Keputusan bertanggung jawab menjadi salah satu pendukung  keberhasilan sesorang melakukan pengambilan keputusan yang bersifat dilema etika. Mengapa? Hal ini karena jika seseorang belum memiliki jiwa sosial emosional yang tertata dalam dirinya, tidak stabil, maka proses pengambilan keputusan yang berdasar keberpihakan pada murid, berbasis nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung  menjadi tidak tercapai. Apalagi dilema etika yang menjadi tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu/. Situasi dilema etika dikategorikan Individu lawan kelompok (individual vs community),  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty),Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) . Dalam pengambilan dan pengujian keputusan kita dapat juga mengacu pada sembilan langkah yang ada mulai dari mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fata-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian benar lawan benar,  melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan lihat lagi keputusan dan refleksi.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik

 

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika sejatinya akan kembali pada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Semakin kuat nilai-nilai yang dianut dan menjadikannya dalam setiap langkah pengambila keputusan, maka pendidik akan lebih mudah, bijak dalam mengambil keputusan. Bahkan terhadap kasus dilema etika dan bujukan moral  pun, semua dapat menghasilakn keputusan yang lebih populis, berpihak pada murid  dan bertanggung jawab dan berkeadilan. 

 

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

Seorang pemimpin harus hati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Perlu kajian yang atang dan penuh perhitungan sesuai dengan prinsip keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan dan bertanggungn jawab. Jika kasus bersifat dilema, maka berpikirnya dapat mengacu pada berbasis nilai akhir, berbasis pada preaturan dan berbasis rasa peduli. Hal ini dilakukan guna mendapatkan keputusan yang tepat, minim dampak negatifnya sehingga lingkkungan yang kondusif aman dan nyaman senantiasa tercipta.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang terkadang muncul adalah adanya ketidaksamaaan visi di antara stake holder yang ada. Tidak adanya sense of bilonging terhadap sekolah sehingga bersikap acuh tak acuh terhadap permsalahan sekolah, kurangnya  kekompakan/soliditas antar warga sekolah, adanya sikap egois seorang pemimpin dalam mengambil keputusan tanpa melibatkan aspek sosial emosionalnya. Adanya tekanan dari pihak tertentu yang mengakibatkan sekolah dalam keadaan dilema.

  •  Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memrdekakan murid tentulah sangat besar. Setiap pengambilan keputusan tentu akan berdampak pada murid kita. Keputusan yang memerdekakan murid menjadi tujuan dari setiap pengambilan keputusan karena berdasar prinsip pengambilan keputusan aspek keberpihakan pada murid yang bersifat memedekaan harus menjadi pijakannya. Nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab degan sembilan langkah pengambilan keputusan dapat menjadi panduan di dalamnya. Proses pendidikan yang menuntun murid untuk mengembangkan potensi mereka harus bebas dari tekanan mana pun.

Pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebuthan belajar murid. Guru memfasilitasi semua potensi agar berkembang dan memfasilitasi gaya belajar murid agar senang bellajar , sehingga  kebutuhan belajarnya baik dari segi kesiapan belajar, minat dan profil belajarnya dapat terpenuhi dengan baik.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan strategis oleh seorang pemimpin pembelajaran tentu sangat memengaruhi kehidupan atau masa depan murid. Pengambilan keputusan secara tepat dan bijak berlandasakan nilai-nilai kebajia akan berdapak pada masa depan murid. Keputusan yang berpihak pada murid akan membawa murid menajdi sosok genarasi yang baik, menjadi pribadi yang bertangggung jawab dan semangat dalam menjalankan budaya positif untuk keselamatan dan kebahagiaan dirinya baik sebagai individu atau anggota masyarakat lainnya.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat saya mabil adalah bahwa dalam pengambilan keputusan guru sebagai pemimpin pembelajaran harus tetapi mengacu pada nilai-nilai filosofi Ki Hajar Dewantara seperti semboyan Pratap Trilokanya, menata aspek sosial emosional, berpihak pada murid dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi, memberdayakan potensi guru dan siswa melalui coaching bukan hanya penghakiman, serta menerapkan sembilan langkah pengambilan keputusan sebagai panduan yang berbasis hasil akhir, berbasis peraturan dan rasa peduli. Engambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada penciptaan lingkungan yang positif, aman, nyaman dan kondusif ehingga konsep pendidikan yang memerdekakan murid dapat terwujud.  

 

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep seperti dilema etika, bujukan moral, paradigma pengambilan keputusan serta sembilan langkah panduan dalam pengambilan keputusan, alhamdulillah sudah memahaminya secara utuh, mulai dari teori dan praktinya yakni penyelsaian kasus yang disajikan berikut contoh pengambilan keputusan yang diambil  Yang di luar dugaan adalah banyaknya kasus yang bersifat diema etika.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengambil keputusan yang bersifat dilema etika. Kuputtusan yang diambbil belum melalui sembilan langkah yang ada, tetapi lebih bersfat rasionalistis dan berdasarkan diskusi dengan rekan sejawat saja. Namun, setelah mempelajari modul ini, saya lebih mengeti bahwa proses pengambilan harus dikaji dengan versi sembilan langkah, paradidma dan prisnsi pengambilan keputusan ,

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Perubahan dari dalam diri dalam mengambil keputusan setelah mempelajari modul ini adalah lebih komprehensif kajiannya, mengacu pada sembilan langkah sebagai acuan, menggunakan paradima dan prinsp pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, berbasis nilai-nilai kebajikan, dan bertanggung jawab sehingan lingkungan sekolah lebih akaman, nyaman dan kondusif 

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Modul ini sangat penting bagi saya baik sebagai indivdu maupun seorang pemimpin karena  bisa menambah khasanah pengetahuan saya saat pengambilan keputusan, sebagai pegangan dan acuan, agar keputusan yang diambil minim dampak negatif sekaligus akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

 

 

 

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021